Sumber: Koran Jakarta
Jabatan sebagai Deputi Direktur Hukum Bank Indonesia ( BI ) tak lantas membuat Agus Santoso meninggalkan hobi bertaninya. Kini kegiatan yang ditekuninya itu malah berkembang menjadi kegiatan bisnis menggiurkan.
Kepada Koran Jakarta, Agus mengaku setiap Sabtu dan Minggu, ditemani istrinya mengelola lahan tani dan peternakan yang ada di Desa Pandan Sari, Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Di daerah berhawa sejuk itu, ia mengolah tanah seluas satu hektare untuk dimanfaatkan guna menanam padi organik, beternak domba, membuat tambak (ikan mas, gurame, dan patin), serta menjalankan usaha pabrik tahu yang terintegrasi dengan label usaha bernama Annur Farm.
“Saya ingin memberdayakan masyarakat setempat agar mau memanfaatkan lahan subur untuk kegiatan ekonomi dan kesejahteraan. Saya mengintegrasikan semua itu berdasarkan filosoi alam,” ujarnya sumringah, Minggu (5/9).
Saat itu, terlihat bahwa lulusan fakultas hukum dari Leiden Universitythe, Belanda, ini tak sungkan untuk memberi pakan sejumlah domba atau memacul sawah dan berkotor-kotor ria.
“Saat saya memulai kegiatan ini, banyak teman-teman di BI yang menertawakan. Begitu juga saat saya mengantar sendiri sejumlah pesanan beras organik, susu kambing, atau ikan segar.
Tapi itu dulu, sekarang setelah saya sukses banyak teman yang berkata salut,” ungkap Agus tersenyum, yang hari itu ditemani sang istri, Juli Widiastuti.
Tanpa Limbah
Di rumah berdinding kayu yang besar dan nyaman, dan terletak hanya satu kilometer dari pintu keluar tol Ciawi, Agus betah berlama-lama tinggal di kediaman tersebut.
Ratusan jenis anggrek menambah kecantikan “rumah alam” itu. Dia hafal betul soal anggrek dan tanaman langka. Apalagi sang istri adalah Ketua Perhimpunan Anggrek DKI Jakarta, sehingga keduanya sering berbagi informasi soal tanaman indah yang satu ini.
Begitu pula ketika diajak bertutur soal jenis padi, pola tanam, jenis domba, dan manfaat dari kandungan susu kambing, Agus tampak begitu fasih menerangkannya.
“Saya belajar semuanya dari masyarakat sekitar, sambil memperdalam dengan cara membaca buku. Sesekali ikut pameran dan bertukar pengalaman dengan pegiat pertanian lain.
Prinsipnya, kegiatan yang saya lakukan ini, bisa dikerjakan setiap orang. Syaratnya mudah: mau belajar, bekerja keras, dan tidak mudah menyerah,” ujarAgus.
Konsep yang kini tengah dikembangkan Agus, ia sebut sebagai konsep pertanian tanpa limbah. Lahan yang tidak begitu luas, tapi sanggup ia satukan sebagai potensi yang dahsyat.
Misalnya, pabrik tahu yang ikut memberdayakan pedagang gorengan, atau limbah pabrik yang digunakan untuk pakan ternak. Kolam ikan juga dibuat sesuai tekstur tanah, sehingga aliran air dari sungai yang deras bisa masuk ke kolam yang bentuknya menurun.
“Harus ada idealisme agar bisa menyadarkan dan akhirnya membantu masyarakat setempat.
Saya galau jika melihat ada generasi muda yang enggan turun ke sawah atau beternak. Padahal tanah di sekitar kita subur dan menunggu tangantangan muda menggarapnya,” tutupnya landai.
0 komentar:
Posting Komentar